PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang
Menurut Federasi
Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Prawirohardjo, 2010). Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa
kebahagiaan dan penuh harapan.
Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang.Menurut definisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita
hamil atau selama 40 hari sesudah kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari
tuanya kehamilan dan tindakkan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Menurut Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada
tahun 2012 AKI di Indonesia melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup .
Sedangkan AKI di DKI Jakarta sebesar 93 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN,
2013).
Menurut laporan WHO
(2008), kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak
langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit
persalinan, dan 7% penyebab lainnya.
Perdarahan pada
kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang
berbahaya.Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum atau hemorrhagic
antepartum.Hemorrhagic antepartum biasanya perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan usia 28 minggu (Alamsyah, 2012).
Hemorrhagic antepartum
yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, yaitu plasenta previa
dan solusio plasenta (Manuaba, 2004).Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber
pada kelianan plasenta umumnya kelainan serviks, biasanya tidak terlalu
berbahaya.
1. 2 Tujuan
1. 2.1
Mengetahui
batasan hemorrhagic antepartum pada kehamilan.
2. 2.1
Mengetahui
dan memahami hemorrhagic antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian
Hemorrhagic antepartum adalah perdarahan yang
terjadi pada trimester III atau usia kehamilan diatas 28 minggu atau berat
janin diatas 1000 gram (Manuaba, 1995).
Salah
satu penyebabnya adalah solusio plasenta dan plasenta previa.Oleh sebab itu,
perlulah keadaan ini diantisaipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum
sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.
A.
SOLUSIO
PLASENTA
1.
Definisi
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal
pada kehamilan trimester ketiga.Terlepasnya plasenta sebelum waktunya ini
menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan/penyulit terhadap ibu maupun janin (Manuaba, 2010).
2.
Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja
(rupture sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusia plasenta
parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas(solusio
plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes
antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah selaput
ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui
vagina. Tetapi ada kalanya perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina, hal
itu terjadi karena bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada
dinding rahim, selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim, atau perdarahan
masuk kedalam kantong ketuban setelah
selaput ketuban pecah ataupun bagian terbawah janin umumnya kepala, menempel
erat pada segmen bawah rahim.
Dalam hal klinis solusio plasenta dibagi kedalam berat
ringannya gambaran klinik sesuai luasnya permukaan plasenta yang terlepas yaitu :
a. Solusio
Plasenta Ringan
Luas
plasenta yang terlepas tidak sampai 25 %, atau ada yang menyebutkan kurang dari
1/6 bagian ada juga yang menyebutkan
kurang dari ¼ luasnya.
Jumlah
darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. tumpahan darah yang keluar
terlihat seperti darah haid baervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi
yang banyak.
Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta
previa kecuali warna darahnya yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin
belum ada, ada sumber yang menyebutkan persalinan dapat berjalan dengan lancar
pervaginam.
b. Solusio
Plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi
belum mencapai separuhnya (50%).
Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1.000 ml. umumnya tumpahan darah terjadi keluar dan kedalam
bersama-sama.
Gejala-gejala
dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus,
denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardia.
c. Solusio
Plasenta Berat
Luas
plasenta yang terlepas sudah melebihi 5 %. Jumlah darah yang keluar telah
mencapai 1000 ml atau lebih. Tumpahan darah bisa terjadi keluar dan kedalam
bersama-sama.
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keaadaan umum
penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal.
Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya
telah ada.
Untuk memudahkan dalam pehaman berikut disajikan dalam
tabel gambaran klinik dari solusio plasenta
Solusio Plasenta Ringan
|
Solusio Plasenta Sedang
|
Solusio Plasenta Berat
|
lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak
atau sedikit sekali melahirkan gejala
|
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
|
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah sangat jelas
|
Rasa nyeri pada perut masih ringan
|
rasa
nyeri pada perut yang terus-menerus
|
Perut
sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
|
darah yang keluar masih sedikit.
|
perdarahan yang tampak keluar lebih banyak,
|
perdarahan yang tampak keluar semakin banyak, dan berwarna
hitam.
|
Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun
janin masih baik
|
Keadaan
umum ibu mulai menurun, takikardi, hipotensi, kulit dingin dan keringatan,
oliguria mulai ada
|
keadaan
umum ibu dan janin buruk
|
Auskultasi
Denyut jantung janin masih bisa terdengar dan masih dalam keadaan normal
|
Auskultasi
denyut jantung janin biasanya telah menunjukan gawat janin,
|
auskultasi
denyut jantung janin sudah tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomic dan
fungsi dari plasenta
|
pada
palpasi sedikit terasa nyeri local pada tempat terbentuknya hematom dan perut
sedikit tegang tetapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal.
|
Pada
pemantauan kadaan janin dengan kardiotokografi bisa jadi sudah ada deselerasi
lambat. Rasa nyeri dan tegang perut jelas, sehingga palpasi bagian – bagian
anak sukar
|
Pada
palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan.karena Perut sangat
nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan hitam.
|
Kadar
fibrinogen dalam darah dalam batas normal yaitu 350 mg %.
|
Kadar
fibrinogen berkurang antara 150-250
mg/100 ml,
|
Kadar
fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg % dan telah ada
trombositopenia
|
3.
Penatalaksanaan
Semua pasien yang tersangka menderita solusio plasenta
harus dirawat inap dirumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera
lakukan :
a. Pemeriksaan
darah secara lengkap termasuk pemeriksaan Hb, dan golongan darah.
b. gambaran
pembekuan darah dengan memeriksa waktu pembekuan, waktu protombin, waktu
tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan kadar hancuran fibrinogen dalam
plasma.
c. Pemeriksaan
USG terutama untuk membedakan dengan plasenta previa dan memastikan janin masih
hidup.
Manakala diagnosis belum pasti dan janin hidup tanpa
tanda-tanda gawat janin, observasi yang ketat dengan kesiagaan dan fasilitas
yang bisa segera diaktifan untuk intervensi sewaktu-waktu muncul kegawat
daruratan.
Persalinan mungkin pervaginam mungkin juga harus
perabdominal bergantung banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan
spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penatalaksanaan
spesifik terhadap komplikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a. Atasi
Syok
1) Infus
larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan
2 L dalam 2 jam pertama.(sesuai tatalaksana syok)
2) Berikan
transfuse darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
b. Tatalaksana
oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan,
dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan fungsi ekskresi system
urinaria. Tetapi apabila syok terjadi secara cepat dan telah berlansung lama
(sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
oliguria (produksi urin <30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat
terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah estorasi
cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan cara :
1) Furosemida
40 mg dalam 1 l kristaloid dengan 40-60 tetesan permenit
2) Bila
belum berhasil, gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan permenit.
c. Atasi
hipofibrinogen
1) Restorasi
cairan/ darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati.
2) Lakukan
uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah
(penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen). Caranya adalah sebagai
berikut :
a) Ambil
darah vena 2 ml, masukan dalam tabung kemudian diobservasi,
b) genggam
bagian tabung yang berisi darah,
c) setelah
4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi di permukaan,
d) lakukan
hal yang sama setiap menit
e) bila
bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkirakan titer
fibrinogen dianggap dibawah nilai normal (kritis),
f) bila
terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini
juga menunjukan kadar fibrinogen dibawah ambang normal.
3) Bila
darah segar tidak dapat segera diberikan,
berikan plasma beku segar (15 ml/ kgBB)
4) Bila
plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipitat fibrinogen.
5) Pemberian
fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi diseminata intravaskuler
yang berlanjut dengan pengendapan fibrin, pembendungan mikrosirkulasi didalam
organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis, hipofisis dan otak.
6) Bila
perdarahan masih berlang (koagulopati)
dan trombosit dibawah 20.000 berikan konsentrasi trombosit.
d. Atasi
Anemia
1) Darah
segar merupakn bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena disamping
mengandung butir-butir darah merah, jjuga mengandung unsur pembekuan darah.
2) Bila
restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam kondisi
anemia berat, berikan packed cell.
e. Tindakan
Obstetrik
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya
dapat pervaginam.
1) Seksio
Sesaria
a) Seksio
sesaria dilakukan apabila :
·
Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
·
Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam
tidak dapat dilaksanakan dengan segera.
·
Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
b) Persiapan
untuk seksio sesaria, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan
tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan
satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
c) Hematoma
miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
d) Observasi
ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati)
2) Partus
pervaginam.
a) Pertus
pervaginam dilakukan apabila :
·
Janin hidup, gawat janin pembukaan lengkap dan bagian
terendah janin di dasar panggul,
·
Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari
dua
b) Pada
kasus pertama, amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala II
dengan ekstraksi forceps (atau vakum)
c) Untuk
kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi
dengan 5 unit oksitosin dalam dextrose 5 % atau RL, tetesan diatur sesuai
dengan kondisi kontraksi uterus
d) Setelah
persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali
bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 24 jam
kemudian).
B.
PLASENTA
PREVIA
1.
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari
ostium uteri internum . (Prawirohardjo.
2009)
2.
Klasifikasi
a. Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum. Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak
mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
b. Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Bila hanya
sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
c. Plasenta
previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada dipinggir ostium uteri
internum. Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d. Plasenta
letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal. Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
3.
Penatalaksanaan
a. Penanganan
(Ekspektatif) Pasif
Tujuan
ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat
terapi ekspektatif:
1. kehamilan
preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
2. belum
ada tanda-tanda in partu
3. keadaan
umum ibu cukup baik- (kadar hemoglobin dalam batas normal)
4. janin masih hidup
Ketentuan
terapi ekspektatif:
1. Lakukan
pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, letak dan
presentasi janin.
2. Berikan
tokolitik bila ada kontraksi
3. Berikan
pematangan paru janin selama 2 hari
4. Bila
setelah usia di atas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri
internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat
5. Bila
perdarahan berhenti dan waktu mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat
dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan
jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
b. Terapi
aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di
atas 28 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera
ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan
persalinan dengan plasenta previa
1)
Seksio Cesarea
Persalinan
dengan secsio cesaria dilakukan atas indikasi semua plasenta totallis, janin
hidup atau meninggal, semua plasenta lateralis posterior, karena perdarhan yang
sulit dikontrol dan banyak,pada primigravida dengan plasenta previa lateralis,
juga dengan perdarahan yang banyak, dan cenderung berulang , juga dengan
panggul sempit dan letak lintang. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea
adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea :
a) Melahirkan janin
dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan
perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi
sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek.
Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri
b) Menghindarkan
kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam
c) Persiapan darah
pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut
pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan
masuk-keluar.
b. Melahirkan
Pervaginam
Faktor yang
menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih, tergantung :
jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang,
keadaan umum ibu hamil, keadaan janin : hidup, gawat,dan meninggal, pembukaan
jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan RS.
Perdarahan akan
berhenti jika ada penekanan pada plasenta.Penekanan tersebut dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan akselerasi, Umumnya
dilakukan pada plasenta previa lateris/marginalis dengan pembukaan > 3 cm
dengan presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum
ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin. Adapun keuntungan dari
dilakukannya amniotomi adalah agar bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai
tampon, akan menekan plasenta yang berdarah, dan perdarahan yang akan berkurang
atau berhenti. Partus akan berlangsung lebih cepat, bagian plasenta yang
berdarah dapat bebas mengikuti cingcin, gerakan dan regangan segmen bawah
rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas. Namun apabila. Namun
apabila amniotomi tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dilakukan Versi
Braxton Hicks dan traksi dengan Cunam Willet
2) Versi Braxton
Hicks, Tujuan melakukan versi Baxton
Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
3) Traksi dengan
Cunam Willet, Kulit kepala
janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai
perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan
seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya
dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.
Namun, cara
cunam willet dan versi braxton-hicks ini sudAh ditinggalkan dalam dunia
kebidanan modern, akan tetapi kedua cara ini masih mempunyai tempat tertentu
seperti dalam keadaan darurat sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi
perdarahan banyak, atau apabila SC tidak mungkin dilakukan di RS yang
fasilitasnya terbatas
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. N UMUR 28 TAHUN
G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU DENGAN HAP EC PPT DI RUANG BERSALIN RSU
PADEMANGAN
NO. RM : 03.61.67
RUANG : BERSALIN
Tgl Masuk : 12 APRIL
2011 Pukul
: 14.10 WIB
Tgl Keluar :
15 Maret 2011
SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama :
Ny. N
Umur :
27 thn
Agama :
Islam
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
IRT
Alamat : -
Status
Pernikahan : ini pernikahan pertama
2. Keluhan
Pasien
datang ke IGD RSU Pademangan dengan keluhan keluar darah banyak dari kemaluan
sejak jam 13.30 WIB, tidak ada mules, tanggal 7 April 2017 pernah USG di RSU
Pademangan dan hasilnya Plasenta Previa Totalis (PPT).
3. Riwayat Penyakit
(kelainan
jantung, kelainan paru, kelainan ginjal, kelainan hati, kencing manis,
hipertensi, alergi) disangkal, tapi pasien pernah operasi kantung empedu tahun
2013.
4. Riwayat Persalinan yang Lalu
Tahun lahir
|
Jenis kelamin
|
BB/PB
|
Tempat
|
Penolong
|
Jenis persalinan
|
Keadaan sekarang
|
Lama menyusui
|
Cara kontrasepsi
|
2011
|
P
|
2400gr
/49cm
|
RSBK
|
Bidan
|
Spontan
|
Sehat
|
2 bln
|
Spiral
|
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat
haid : teratur Siklus
: 28 hari
Hari
Pertama Haid Terakhir : 12 – 08 – 16 Taksiran
Partus : 19 – 05 – 17
OBJEKTIF
Ku
: baik Kes
: CM
TD
:100 mmhg N : 84 x/m Rr : 22 x/m S : 36,7° C
Kepala : Normal
Mata : Normal ( konjugtiva anemia -,
sklera ikterik - )
Hidung : Normal
Mulut : Normal, gigi tidak berlubang
Telinga : Normal
Leher : Normal
Dada : Normal, payudara membesar dan
simetris
Abdomen
: TFU 34cm, DJJ 146 x/m, His –
Ekstremitas : Normal, tidak ada edema
Genitalia : tampak stosel di depan vulva
Pemeriksaan Inspekulo
:tampak OUE tertutup, perdarahan tidak aktif, stosel + di liang vagina
Pemeriksaan
Penunjang : CTG, Cek DR & UL ( Hasil Terlampir)
ANALISA
G2P1A0
H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga
2.
Konsultasi dr. Grace, SpOG advise :
·
Rawat
·
IVFD
RL 20 tpm (pasang infus jam 14.50)
·
Injeksi
Dexamethasone 2 x 6 mg selama 2 hari (pemberian pertama jam 15.15)
·
Nifedipine
tablet 10 mg / 20 menit (4x) (pemberian I 14.45, II 15.05, III 15.25, IV 15.45)
·
Adalat
Oros 1 x 30 mg setelah 12 jampemberian Nifedipine yang terakhir
·
Kaltrofen
Supp ekstra (jam 15.30)
·
Observasi
setiap 30 menit sampai tidak ada his, setelah itu observasi per jam TTV, DJJ,
His
12 April 2017, jam
16.00
S
: pasien di pindahkan ke RB
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 110/80 mmhg, N 82 x/m, Rr 20
x/m,
S 36,5°
C, DJJ 153 x/m, his 3x10’20’’,
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Bedrest
- Th/ lanjutkan
19.00
S : Tak ada keluhan
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 110/80 mmhg, N 84 x/m, Rr 20
x/m,
S 36,6°
C, DJJ 154 x/m, his -,
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Bedrest
- Th/ lanjutkan
13 April 2017, jam
03.15
Injeksi dexamethasone 6 mg/ i.v
bolus
03.45
Th/ Oral Adalat Oros 1 tablet
06.00
S : Sakit pinggang
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 110/90 mmhg, N 85 x/m, Rr 21
x/m,
S 36,5°
C, DJJ 159 x/m, his -, BAK/BAB +/-
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Bedrest
- Personal hygiene
- Gizi seimbang
- Th/ lanjutkan
08.30
dr.
Grace, SpOG visite advise : - observasi kontraksi, DJJ per 3 jam
-
Th/
lanjut
09.30
Ganti
cairan RL 20 tpm
12.00
S
: -
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 110/80 mmhg, N 81 x/m, Rr 21
x/m,
S 36,7°
C, DJJ 135 x/m, his -,
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Bedrest
- Th/ lanjutkan
15.15
Injeksi dexamethasone 6 mg /i.v
bolus
19.00
S :-
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 120/80 mmhg, N 82 x/m, Rr 20
x/m,
S 36,5°
C, DJJ 142 x/m, his -,
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Th/ lanjutkan
- Jika besok tidak ada perdarahan
boleh pulang
23.00
Ganti cairan RL 20 tpm
14 April 2017, jam
03.15
Injeksi dexamethasone 6 mg /i.v
bolus
06.00
S : Tak ada keluhan
O
: ku/ baik, kes/ CM, TD 110/70 mmhg, N 82 x/m, Rr 20
x/m,
S 36,5°
C, DJJ 147 x/m, his -, BAK/BAB +/+
Perdarahan
pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A
: G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil
pemeriksaan
- Th/oral Adalat Oros 1 tablet
- Rencana pulang
08.00
dr.
William (dr. jaga) visite
-
Pasien
boleh pulang
-
Kontrol
kehamilan di Puskesmas, bila ada keluhan/masalah datang ke RS
09.00
Pasien
di USG dr. Grace, SpOG, kesimpulan G2P1A0 H. 35-36 minggu dengan plasenta letak
rendah
10.50
Pasien
pulang dengan keadaan sehat, th/oral yang di bawa pulang Adalat Oros 1x30mg,
anjuran kontrol +
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hemorrhagic
antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester III atau usia
kehamilan diatas 28 minggu atau berat janin diatas 1000 gram (Manuaba, 1995).
Salah
satu penyebabnya adalah solusio plasenta dan plasenta previa.Oleh sebab itu,
perlulah keadaan ini diantisaipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum
sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Pada kasus Ny. N ini pasien
sudah pernah USG dan hasilnya Plasenta Previa Totalis.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari
ostium uteri internum, maka sebagian besar keluhan yang dialami pasien
dengan plasenta previa yaitu perdarahan dalam kehamilan, hal ini sesuai dengan
yang dialami Ny. N yaitu mengalami perdarahan dalam kehamilan.
Penanganansupaya janin tidak terlahir prematur
pada pasien plasenta previa, yaitu pasien dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam tetapi dengan inspekulo. Pasien
diberikan tokolitik bila ada kontraksi,
pasien diberikan pematangan paru janin selama 2 hari, bila
perdarahan berhenti dan usia kehamilan belum mencapai 37 minggu maka
pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
2.
Saran
Bagi
penulis, agar penulis lebih memahami akan tugas yang telah di selesaikan
sehingga mampu menambah pengetahuan dan bagi hadirin juga untuk menambah
wawasan atau pengetahuan.