Featured

Sunday, 20 May 2018


PENDAHULUAN

1. 1       Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010). Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa kebahagiaan dan penuh harapan.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang.Menurut definisi WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita hamil atau selama 40 hari sesudah kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakkan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun  2007 angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 AKI di Indonesia melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup . Sedangkan AKI di DKI Jakarta sebesar 93 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).
Menurut laporan WHO (2008), kematian ini dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya.
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya.Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum atau hemorrhagic antepartum.Hemorrhagic antepartum biasanya perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 28 minggu (Alamsyah, 2012).
Hemorrhagic antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, yaitu plasenta previa dan solusio plasenta (Manuaba, 2004).Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelianan plasenta umumnya kelainan serviks, biasanya tidak terlalu berbahaya.

1. 2       Tujuan
1. 2.1           Mengetahui batasan hemorrhagic antepartum pada kehamilan.
2. 2.1           Mengetahui dan memahami hemorrhagic antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta.


BAB II
PEMBAHASAN

2. 1       Pengertian
Hemorrhagic antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester III atau usia kehamilan diatas 28 minggu atau berat janin diatas 1000 gram (Manuaba, 1995).
Salah satu penyebabnya adalah solusio plasenta dan plasenta previa.Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisaipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya.
A.    SOLUSIO PLASENTA
1.      Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester ketiga.Terlepasnya plasenta sebelum waktunya ini menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan/penyulit terhadap ibu maupun janin (Manuaba, 2010).
2.      Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja (rupture sinus marginalis), dapat pula terlepas lebih luas (solusia plasenta parsialis), atau bisa seluruh permukaan maternal plasenta terlepas(solusio plasenta totalis). Perdarahan yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan miometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah selaput ketuban dan akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina. Tetapi ada kalanya perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina, hal itu terjadi karena bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding rahim, selaput ketuban masih melekat pada dinding rahim, atau perdarahan masuk  kedalam kantong ketuban setelah selaput ketuban pecah ataupun bagian terbawah janin umumnya kepala, menempel erat pada segmen bawah rahim.
Dalam hal klinis solusio plasenta dibagi kedalam berat ringannya gambaran klinik sesuai luasnya permukaan plasenta yang terlepas  yaitu :
a.       Solusio Plasenta Ringan
            Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25 %, atau ada yang menyebutkan kurang dari 1/6 bagian  ada juga yang menyebutkan kurang dari ¼ luasnya.
            Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml. tumpahan darah yang keluar terlihat seperti darah haid baervariasi dari sedikit sampai seperti menstruasi yang banyak.
Gejala-gejala perdarahan sukar dibedakan dari plasenta previa kecuali warna darahnya yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan janin belum ada, ada sumber yang menyebutkan persalinan dapat berjalan dengan lancar pervaginam.
b.      Solusio Plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai separuhnya (50%).
Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tetapi belum mencapai 1.000 ml. umumnya tumpahan darah terjadi keluar dan kedalam bersama-sama.
            Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi, dan takikardia.
c.       Solusio Plasenta Berat
            Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 5 %. Jumlah darah yang keluar telah mencapai 1000 ml atau lebih. Tumpahan darah bisa terjadi keluar dan kedalam bersama-sama.
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keaadaan umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri biasanya telah ada.

Untuk memudahkan dalam pehaman berikut disajikan dalam tabel gambaran klinik dari solusio plasenta
Solusio Plasenta Ringan
Solusio Plasenta Sedang
Solusio Plasenta Berat
lebih 30% penderita solusio plasenta ringan tidak atau sedikit sekali melahirkan gejala
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas
Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah sangat jelas
Rasa nyeri pada perut masih ringan
rasa nyeri pada perut yang terus-menerus
Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan
darah yang keluar masih sedikit.
perdarahan yang tampak keluar lebih banyak,
perdarahan yang tampak keluar semakin banyak, dan berwarna hitam.
Tanda-tanda vital dan keadaan umum ibu ataupun janin masih baik
Keadaan umum ibu mulai menurun, takikardi, hipotensi, kulit dingin dan keringatan, oliguria mulai ada
keadaan umum ibu dan janin buruk
Auskultasi Denyut jantung janin masih bisa terdengar dan masih dalam keadaan normal
Auskultasi denyut jantung janin biasanya telah menunjukan gawat janin,
auskultasi denyut jantung janin sudah tidak terdengar lagi akibat gangguan anatomic dan fungsi dari plasenta
pada palpasi sedikit terasa nyeri local pada tempat terbentuknya hematom dan perut sedikit tegang tetapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal.
Pada pemantauan kadaan janin dengan kardiotokografi bisa jadi sudah ada deselerasi lambat. Rasa nyeri dan tegang perut jelas, sehingga palpasi bagian – bagian anak sukar
Pada palpasi bagian-bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan.karena Perut sangat nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan hitam.

Kadar fibrinogen dalam darah dalam batas normal yaitu 350 mg %.
Kadar fibrinogen  berkurang antara 150-250 mg/100 ml,
Kadar fibrinogen darah rendah yaitu kurang dari 150 mg % dan telah ada trombositopenia


3.      Penatalaksanaan
Semua pasien yang tersangka menderita solusio plasenta harus dirawat inap dirumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera lakukan :
a.       Pemeriksaan darah secara lengkap termasuk pemeriksaan Hb, dan golongan darah.
b.      gambaran pembekuan darah dengan memeriksa waktu pembekuan, waktu protombin, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan kadar hancuran fibrinogen dalam plasma.
c.       Pemeriksaan USG terutama untuk membedakan dengan plasenta previa dan memastikan janin masih hidup.
Manakala diagnosis belum pasti dan janin hidup tanpa tanda-tanda gawat janin, observasi yang ketat dengan kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera diaktifan untuk intervensi sewaktu-waktu muncul kegawat daruratan.
Persalinan mungkin pervaginam mungkin juga harus perabdominal bergantung banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penatalaksanaan spesifik terhadap komplikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :
a.       Atasi Syok
1)      Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam 15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama.(sesuai tatalaksana syok)
2)      Berikan transfuse darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
b.      Tatalaksana oliguria atau nekrosis tubuler akut
Tindakan restorasi cairan, dapat memperbaiki hemodinamika dan mempertahankan fungsi ekskresi system urinaria. Tetapi apabila syok terjadi secara cepat dan telah berlansung lama (sebelum dirawat), umumnya akan terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan oliguria (produksi urin <30 ml/jam). Pada kondisi yang lebih berat dapat terjadi anuria yang mengarah pada nekrosis tubulus renalis. Setelah estorasi cairan, lakukan tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut dengan cara :
1)      Furosemida 40 mg dalam 1 l kristaloid dengan 40-60 tetesan permenit
2)      Bila belum berhasil, gunakan manitol 500 ml dengan 40 tetesan permenit.
c.       Atasi hipofibrinogen
1)      Restorasi cairan/ darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati.
2)      Lakukan uji beku darah (bedside coagulation test) untuk menilai fungsi pembekuan darah (penilaian tak langsung kadar ambang fibrinogen). Caranya adalah sebagai berikut :
a)      Ambil darah vena 2 ml, masukan dalam tabung kemudian diobservasi,
b)      genggam bagian tabung yang berisi darah,
c)      setelah 4 menit, miringkan tabung untuk melihat lapisan koagulasi di permukaan,
d)     lakukan hal yang sama setiap menit
e)      bila bagian permukaan tidak membeku dalam waktu 7 menit, maka diperkirakan titer fibrinogen dianggap dibawah nilai normal (kritis),
f)       bila terjadi pembekuan tipis yang mudah robek bila tabung dimiringkan, keadaan ini juga menunjukan kadar fibrinogen dibawah ambang normal.
3)      Bila darah segar tidak dapat segera diberikan,  berikan plasma beku segar (15 ml/ kgBB)
4)      Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopresipitat fibrinogen.
5)      Pemberian fibrinogen, dapat memperberat terjadinya koagulasi diseminata intravaskuler yang berlanjut dengan pengendapan fibrin, pembendungan mikrosirkulasi didalam organ-organ vital, seperti ginjal, glandula adrenalis, hipofisis dan otak.
6)      Bila perdarahan masih berlang  (koagulopati) dan trombosit dibawah 20.000 berikan konsentrasi trombosit.
d.      Atasi Anemia
1)      Darah segar merupakn bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena disamping mengandung butir-butir darah merah, jjuga mengandung unsur pembekuan darah.
2)      Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell. 

e.       Tindakan Obstetrik
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.
1)      Seksio Sesaria
a)      Seksio sesaria dilakukan apabila :
·         Janin hidup dan pembukaan belum lengkap,
·         Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera.
·         Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
b)      Persiapan untuk seksio sesaria, cukup dilakukan penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
c)      Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
d)     Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati)
2)      Partus pervaginam.
a)      Pertus pervaginam dilakukan apabila :
·         Janin hidup, gawat janin pembukaan lengkap dan bagian terendah janin di dasar panggul,
·         Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari dua
b)      Pada kasus pertama, amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala II dengan ekstraksi forceps (atau vakum)
c)      Untuk kasus kedua, lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dextrose 5 % atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus
d)     Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 24 jam kemudian).








B.     PLASENTA PREVIA

1.      Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum . (Prawirohardjo. 2009)

2.      Klasifikasi
a.       Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
b.      Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum. Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui pervaginam.
c.       Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada dipinggir ostium uteri internum. Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
d.      Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak kurang lebih 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal. Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

http://www.bidankita.com/images/stories/previa.jpg
3.      Penatalaksanaan
a.       Penanganan (Ekspektatif) Pasif
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
1.      kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian  berhenti
2.      belum ada tanda-tanda in partu
3.      keadaan umum ibu cukup baik- (kadar hemoglobin dalam batas normal)
4.       janin masih hidup

Ketentuan terapi ekspektatif:
1.      Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan, letak dan presentasi janin.
2.      Berikan tokolitik bila ada kontraksi
3.      Berikan pematangan paru janin selama 2 hari
4.      Bila setelah usia di atas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat
5.      Bila perdarahan berhenti dan waktu mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam)
b.      Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 28 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
1)         Seksio Cesarea
Persalinan dengan secsio cesaria dilakukan atas indikasi semua plasenta totallis, janin hidup atau meninggal, semua plasenta lateralis posterior, karena perdarhan yang sulit dikontrol dan banyak,pada primigravida dengan plasenta previa lateralis, juga dengan perdarahan yang banyak, dan cenderung berulang , juga dengan panggul sempit dan letak lintang. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea :
a)      Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri
b)      Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
c)      Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
b.      Melahirkan Pervaginam
Faktor yang menentukan sikap atau tindakan persalinan mana yang akan dipilih, tergantung : jenis plasenta previa, perdarahan banyak atau sedikit tetapi berulang-ulang, keadaan umum ibu hamil, keadaan janin : hidup, gawat,dan meninggal, pembukaan jalan lahir, paritas, fasilitas penolong dan RS.
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Amniotomi dan akselerasi, Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateris/marginalis dengan pembukaan > 3 cm dengan presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin. Adapun keuntungan dari dilakukannya amniotomi adalah agar bagian terbawah janin yang berfungsi sebagai tampon, akan menekan plasenta yang berdarah, dan perdarahan yang akan berkurang atau berhenti. Partus akan berlangsung lebih cepat, bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cingcin, gerakan dan regangan segmen bawah rahim, sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas. Namun apabila. Namun apabila amniotomi tidak berhasil menghentikan perdarahan, maka dilakukan Versi Braxton Hicks dan traksi dengan Cunam Willet
2)   Versi Braxton Hicks, Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.

3)   Traksi dengan Cunam Willet, Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.
Namun, cara cunam willet dan versi braxton-hicks ini sudAh ditinggalkan dalam dunia kebidanan modern, akan tetapi kedua cara ini masih mempunyai tempat tertentu seperti dalam keadaan darurat sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi perdarahan banyak, atau apabila SC tidak mungkin dilakukan di RS yang fasilitasnya terbatas



BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. N UMUR 28 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU DENGAN HAP EC PPT DI RUANG BERSALIN RSU PADEMANGAN


NO. RM          : 03.61.67
RUANG         : BERSALIN
Tgl Masuk       : 12 APRIL 2011                                  Pukul : 14.10 WIB
Tgl Keluar       : 15 Maret 2011  

SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
Nama                      : Ny. N
Umur                      : 27 thn
Agama                    : Islam
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan                : IRT
Alamat                    : -
Status Pernikahan   : ini pernikahan pertama
2. Keluhan
Pasien datang ke IGD RSU Pademangan dengan keluhan keluar darah banyak dari kemaluan sejak jam 13.30 WIB, tidak ada mules, tanggal 7 April 2017 pernah USG di RSU Pademangan dan hasilnya Plasenta Previa Totalis (PPT).
3. Riwayat Penyakit
(kelainan jantung, kelainan paru, kelainan ginjal, kelainan hati, kencing manis, hipertensi, alergi) disangkal, tapi pasien pernah operasi kantung empedu tahun 2013.
4. Riwayat Persalinan yang Lalu

Tahun lahir

Jenis kelamin

BB/PB

Tempat
Penolong
Jenis persalinan

Keadaan sekarang

Lama menyusui

Cara kontrasepsi

2011

P
2400gr
/49cm

RSBK

Bidan
Spontan

Sehat

2 bln

Spiral

5. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat haid : teratur                                            Siklus : 28 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 12 – 08 – 16            Taksiran Partus : 19 – 05 – 17


OBJEKTIF
Ku : baik                                                                     Kes : CM
TD :100 mmhg            N : 84 x/m       Rr : 22 x/m      S : 36,7° C
Kepala             : Normal
Mata                : Normal ( konjugtiva anemia -, sklera ikterik - )
Hidung            : Normal
Mulut              : Normal, gigi tidak berlubang
Telinga            : Normal
Leher               : Normal
Dada               : Normal, payudara membesar dan simetris
Abdomen        : TFU 34cm, DJJ 146 x/m, His –
Ekstremitas     : Normal, tidak ada edema
Genitalia          : tampak stosel di depan vulva
Pemeriksaan Inspekulo :tampak OUE tertutup, perdarahan tidak aktif, stosel + di liang vagina
Pemeriksaan Penunjang : CTG, Cek DR & UL ( Hasil Terlampir)

ANALISA
G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga
2. Konsultasi dr. Grace, SpOG advise :
·    Rawat
·    IVFD RL 20 tpm (pasang infus jam 14.50)
·    Injeksi Dexamethasone 2 x 6 mg selama 2 hari (pemberian pertama jam 15.15)
·    Nifedipine tablet 10 mg / 20 menit (4x) (pemberian I 14.45, II 15.05, III 15.25, IV 15.45)
·    Adalat Oros 1 x 30 mg setelah 12 jampemberian Nifedipine yang terakhir
·    Kaltrofen Supp ekstra (jam 15.30)
·    Observasi setiap 30 menit sampai tidak ada his, setelah itu observasi per jam TTV, DJJ, His

12 April 2017, jam 16.00
S : pasien di pindahkan ke RB
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 110/80 mmhg,       N 82 x/m,        Rr 20 x/m,
S 36,5° C,             DJJ 153 x/m,               his 3x10’20’’,
Perdarahan pervagina sudah tidak ada
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Bedrest
-  Th/ lanjutkan

19.00

S : Tak ada keluhan
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 110/80 mmhg,       N 84 x/m,        Rr 20 x/m,
S 36,6° C,             DJJ 154 x/m,               his -,
Perdarahan pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Bedrest
-  Th/ lanjutkan

13 April 2017, jam 03.15

Injeksi dexamethasone 6 mg/ i.v bolus

03.45

Th/ Oral Adalat Oros 1 tablet

06.00

S : Sakit pinggang
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 110/90 mmhg,       N 85 x/m,        Rr 21 x/m,
S 36,5° C,             DJJ 159 x/m,               his -,                BAK/BAB +/-
Perdarahan pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Bedrest
-  Personal hygiene
-  Gizi seimbang
-  Th/ lanjutkan

08.30
dr. Grace, SpOG visite advise : - observasi kontraksi, DJJ per 3 jam
-     Th/ lanjut
09.30
Ganti cairan RL 20 tpm
12.00
S : -
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 110/80 mmhg,       N 81 x/m,        Rr 21 x/m,
S 36,7° C,             DJJ 135 x/m,               his -,
Perdarahan pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Bedrest
-  Th/ lanjutkan
15.15
Injeksi dexamethasone 6 mg /i.v bolus

19.00

S :-
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 120/80 mmhg,       N 82 x/m,        Rr 20 x/m,
S 36,5° C,             DJJ 142 x/m,               his -,
Perdarahan pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Th/ lanjutkan
-  Jika besok tidak ada perdarahan boleh pulang
23.00

Ganti cairan RL 20 tpm

14 April 2017, jam 03.15

Injeksi dexamethasone 6 mg /i.v bolus

06.00

S : Tak ada keluhan
O : ku/ baik,    kes/ CM,          TD 110/70 mmhg,       N 82 x/m,        Rr 20 x/m,
S 36,5° C,             DJJ 147 x/m,               his -,                BAK/BAB +/+
Perdarahan pervagina sudah tidak ada, terpasang infus RL 20 tpm
A : G2P1A0 H. 35 minggu dengan HAP ec PPT bebas kontraksi
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan
-  Th/oral Adalat Oros 1 tablet
-  Rencana pulang

08.00

dr. William (dr. jaga) visite
-       Pasien boleh pulang
-       Kontrol kehamilan di Puskesmas, bila ada keluhan/masalah datang ke RS

09.00

Pasien di USG dr. Grace, SpOG, kesimpulan G2P1A0 H. 35-36 minggu dengan plasenta letak rendah

10.50

Pasien pulang dengan keadaan sehat, th/oral yang di bawa pulang Adalat Oros 1x30mg, anjuran kontrol +




BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan

Hemorrhagic antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester III atau usia kehamilan diatas 28 minggu atau berat janin diatas 1000 gram (Manuaba, 1995).
Salah satu penyebabnya adalah solusio plasenta dan plasenta previa.Oleh sebab itu, perlulah keadaan ini diantisaipasi seawal-awalnya selagi perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janinnya. Pada kasus Ny. N ini pasien sudah pernah USG dan hasilnya Plasenta Previa Totalis.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum, maka sebagian besar keluhan yang dialami pasien dengan plasenta previa yaitu perdarahan dalam kehamilan, hal ini sesuai dengan yang dialami Ny. N yaitu mengalami perdarahan dalam kehamilan.
Penanganansupaya janin tidak terlahir prematur pada pasien plasenta previa, yaitu pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam tetapi dengan inspekulo. Pasien diberikan tokolitik bila ada kontraksi, pasien diberikan pematangan paru janin selama 2 hari, bila perdarahan berhenti dan usia kehamilan belum mencapai 37 minggu maka pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
2. Saran
            Bagi penulis, agar penulis lebih memahami akan tugas yang telah di selesaikan sehingga mampu menambah pengetahuan dan bagi hadirin juga untuk menambah wawasan atau pengetahuan.


0

Author

authornot writer, not jenius, just share and girl 23 year old.
Learn More →