ASUHAN
KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA
NY. R G2P1A0 DI PUSKESMAS KECAMATAN SENEN
TANGGAL
24 MARET S. D 31 MEI 2014
Disusun
Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Semester Enam
Program
Studi Diploma III Kebidanan
Oleh : Ludse Intan Solehah
NPM : 34711138
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R Di Puskesmas Kecamatan Senen
2014”. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan.
Dalam
penulisan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –
besarnya kepada yang terhormat :
1.
Prof. DR. E. S. Margianti, SE., MM, selaku Rektor
Universitas Gunadarma.
2.
Prof. DR. dr. Johan Harlan, SSi., MSc, selaku
penanggung jawab Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Gunadarma.
3.
Retno Ekawaty, SST, selaku Ketua Program Studi Diploma
III Kebidanan Universitas Gunadarma dan selaku pembimbing I, terimakasih karena
telah banyak membantu dan memberikann dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan ini.
4.
Rini Damayanti, SST, selaku pembimbing II, terimakasih
atas saran dan nasihat yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan
tepat pada waktunya.
5.
Seluruh Staf Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan
Universitas Gunadarma.
6.
Orang tua saya Ibu Tasliyah yang sudah memberikan
semangat dan dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
7.
Teman – teman senasib dan seperjuangan Diploma III
Kebidanan Universitas Gunadarma Angkatan VIII.
8.
Seluruh keluarga besar Puskesmas Kecamatan Senen.
9.
Ibu “R” yang telah bersedia menjadi pasien komprehensif
saya.
Jakarta,
Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii
DAFTAR
GAMBAR .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang............................................................................... 1
1. 2
Tujuan.......................................................................................... 3
1. 3
Ruang Lingkup............................................................................ 4
1. 4
Sistematika Penulisan.................................................................. 4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Asuhan Kebidanan Komprehensif dan Berkesinambungan........ 7
2. 1. 1
Pengertian..................................................................... 7
2. 1. 2
Tujuan Asuhan.............................................................. 7
2. 1. 3
Lingkup Asuhan............................................................ 8
2. 1. 3. 1
Antenatal Care................................................ 8
2. 1. 3. 2
Intranatal / Persalinan................................... 32
2. 1. 3. 3
Masa Nifas.................................................... 61
2. 1. 3. 4
Bayi Baru Lahir............................................ 72
2. 2
Pendokumentasian Kebidanan...................................................... 86
2. 2. 1
Pengertian........................................................................ 86
2. 2. 2
Tujuan.............................................................................. 87
2.3
Model Dokumentasi...................................................................... 89
BAB
III LAPORAN KASUS
3.1
Tahap Antenatal............................................................................. 96
3.2
Tahap Intranatal............................................................................. 109
3.3
Tahap Nifas.................................................................................... 115
3.4
Tahap Bayi Baru Lahir................................................................... 120
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1
Antenatal....................................................................................... 129
4.2
Intranatal........................................................................................ 130
4.3
Nifas.............................................................................................. 133
4.4
Bayi Baru Lahir............................................................................. 134
BAB
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan.................................................................................... 136
5.2
Saran.............................................................................................. 137
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................... ix
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Tabel
1 Kujungan
Antenatal Care...................................................................... 15
Tabel
2 Imunisasi TT
0, 5 cc............................................................................... 17
Tabel
3 Tinggi Fundus
Uteri Menurut Spiegelberg............................................ 22
Tabel
4 Rekomendasi
Kenaikan Total BB Ibu Hamil
BB
Ibu Sebelum Hamil......................................................................... 32
Tabel
5 Penurunan
Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan ............................. 39
Tabel
6 Kunjungan Masa
Nifas ......................................................................... 63
Tabel
7 Involusi Uteri
pada Masa Nifas ............................................................ 65
Tabel
8 Nilai APGAR ........................................................................................ 75
Tabel
9 Waktu
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir..................................................... 79
Tabel
10 Pemeriksaan
Fisik pada Bayi Baru Lahir ............................................ 79
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
1 Tinggi Fundus
Uteri berdasarkan tuanya kehamilan............................................. 22
Gambar
2 Mekanisme Persalinan............................................................................................ 43
Gambar
3 Cara Melakukan
Amniotomi ................................................................................. 46
Gambar
4 Pelepasan
Plasenta Secara Schultze....................................................................... 48
Gambar
5 Pelepasan
Plasenta Secara Duncan ....................................................................... 48
Gambar
6 Proses Laktasi
....................................................................................................... 66
Gambar
7 Mekanisme Kehilangan
Panas Secara Konduksi................................................... 84
Gambar
8 Mekanisme Kehilangan
Panas Secara Koveksi ..................................................... 84
Gambar
9 Mekanisme Kehilangan
Panas Secara Radiasi....................................................... 85
Gambar
10 Mekanisme
Kehilangan Panas Secara Konduksi ................................................ 85
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Menurut Federasi
Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan
dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Prawirohardjo, 2010). Apabila kehamilan ini direncanakan, akan memberi rasa
kebahagiaan dan penuh harapan. Sedangkan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yaitu janin dan plasenta, dengan usia kehamilan cukup bulan dan
dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan
lain (Sofian; 2011, Kuswanti dan Melina; 2014).
Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. Di Negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur berkaitan
dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama
mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya.
Menurut definisi
WHO, kematian ibu adalah kematian seorang wanita hamil atau selama 40 hari
sesudah kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakkan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.
Angka kematian Ibu
(AKI) adalah jumlah kematian ibu yang diakibatkan oleh proses reproduksi pada
saat hamil, melahirkan dan masa nifas per 100.000 kelahiran hidup. AKI menurut
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup,
dan pada tahun 2012 AKI di Indonesia melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup . Sedangkan AKI di DKI Jakarta sebesar 93 per 100.000 kelahiran hidup
(BKKBN, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lain seperti Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000
kelahiran hidup dan 6 per 100.000 kelahiran hidup di Singapura.
Angka Kematian Bayi
(AKB) pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2012
AKB menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Penelitian menunjukkan bahwa lebih
dari 50% kematian bayi dalam periode neonatal terjadi pada bulan-bulan pertama.
Salah satu cara yang diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
neonatus adalah dengan pengenalan sedini mungkin bayi-bayi dengan resiko tinggi
(BKKBN, 2012).
Penyebab langsung
kematian ibu sebesar 90% terjadi pada persalinan dan segera setelah persalinan.
Penyebabnya adalah perdarahan (28%),
eklampsi (24%), infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain
anemi pada kehamilan (40%). Sedangkan berdasarkan laporan rutin pada tahun
2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsi (20%),
infeksi (7%), dan lainnya (33%).
Making Pregnancy Safer bertujuan untuk
menekan angka kematian ibu dan bayi dengan melakukan asuhan kebidanan secara
komprehensif, yang dilakukan dengan cara memantau keadaan ibu pada masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir guna mendeteksi secara dini
adanya kelainan – kelainan yang mungkin dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk
dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan perhatian dan dukungan serta kesadaran
yang tidak hanya dari pemerintah saja, akan tetapi dari semua pihak yang ingin
bersama – sama menyelamatkan ibu dan calon generasi penerus bangsa bahwa
kehamilan, persalinan, nifas serta BBL adalah saat – saat yang perlu
mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat.
Berdasarkan uraian
diatas penulis tertarik untuk menerapkan ilmu yang didapat dari pendidikan
dalam memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada Ny. R dalam
menghadapi kehamilan, bersalin, bayi baru lahir dan nifas di Puskesmas
Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
1. 2 Tujuan
1.1.1
Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan
secara komprehensif pada Ny. R di
Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat. Serta melakukan pendokumentasian dalam
bentuk SOAP.
1.2.2
Tujuan
Khusus
a.
Mampu melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data pada
Ny. R secara komprehensif di Puskesmas Kecamatan
Senen Jakarta Pusat.
b.
Mampu menginterprestasikan data, menegakkan diagnosa dan
menegakkan masalah pada Ny. R secara komprehensif di Puskesmas Kecamatan
Senen Jakarta Pusat.
c.
Mampu menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny. R secara komprehensif di Puskesmas Kecamatan
Senen Jakarta Pusat.
d.
Mampu menentukan kebutuhan segera dengan melakukan
tindakan mandiri, kolaborasi atau konsultasi pada Ny. R secara komprehensif di Puskesmas Kecamatan
Senen Jakarta Pusat.
e.
Mampu merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang
didapat.
f.
Mampu menentukan pelaksanakan asuhan kebidanan pada pada
Ny. R secara
komprehensif di Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
g.
Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada Ny. R secara
komprehensif di Puskesmas Kecamatan Senen Jakarta Pusat.
h.
Mampu mendokumentasikan semua tindakan yang telah
dilakukan.
1. 3 Ruang Lingkup
Asuhan komprehensif
ini dilaksanakan pada tanggal 24 Maret sampai dengan 31 Mei 2014 di Puskesmas
Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Asuhan kebidanan komprehensif ini meliputi
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan empat kali kunjungan, bersalin, hingga
kunjungan nifas dengan dua kali kunjungan dan bayi baru lahir dengan dua kali
kunjungan.
1. 4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan studi
kasus “ Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R di Puskesmas Kecamatan Senen,
Jakarta Pusat 2014”.
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang
1. 2
Tujuan
1. 3
Ruang Lingkup
1. 4
Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Asuhan Kebidanan Komprehensif dan Berkisinambungan
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Tujuan Asuhan
2.1.3
Lingkup Asuhan
2.1.3.1
Antenatal Care
2.1.3.2
Intranatal / Persalinan
2.1.3.3
Masa Nifas
2.1.3.4
Bayi Baru Lahir
2. 2
Pendokumentasian Kebidanan
2.2.1
Pengertian
3.2.1
Tujuan
2.3
Model Pendokumentasian
BAB III LAPORAN KASUS
3.1
Tahap Antenatal
3.2
Tahap Intranatal
3.3
Tahap Bayi Baru Lahir
3.4
Tahap Nifas
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Antenatal
4.2
Intranatal
4.3
Nifas
4.4
Bayi Baru Lahir
BAB V KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Asuhan Kebidanan Komprehensif dan
Berkesinambungan
2. 1. 1
Pengertian
Asuhan kebidanan
adalah implantasi fungsi serta kegiatan yang menjadi tanggung jawab seorang
bidan dalam membertikan pelayanan pada klien yang memiliki kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu pada saat hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir (IBI, 2008).
Asuhan kebidanan
secara komprehensif yaitu suatu proses tindakan yang dilakukan seorang bidan
sesuai dengan wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan dengan memperhatikan aspek – aspek sosial, budaya, psikologi,
spiritual, fisik, etika, kode etik, serta hubungan interpersonal dan hal dalam
mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan
dengan wanita dan mengutamakan keamanan ibu, janin dan penolong serta
kepuasan ibu serta keluarganya (IBI, 2008).
Asuhan kebidanan
yang berkesinambungan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang bidan kepada
klien dari dinyatakan hamil, kemudian pada masa kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir dengan mengutamakan kenyamanan ibu dan bayinya serta
melibatkan keluarganya (IBI, 2008).
2. 1. 2
Tujuan
Asuhan
1.
Menyiapkan
seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan,
persalinan dan nifas.
2. Memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
3. Meningkatkan dan
mempertahankan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
4. Mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
5.
Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan mengaplikasikan ASI eksklusif.
2. 1. 3
Lingkup
Asuhan
Mampu melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir secara
komprehensif sehingga ibu dan bayi yang dilahirkan selamat dan sehat.
2. 1. 3. 1
Antenatal
Care
A. Definisi
Antenatal
Care adalah pengawasan sebelum anak lahir, terutama ditujukan pada janin
(Sofian, 2011). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010).
Proses kehamilan
adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan
ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan
zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm.
B. Tujuan Antenatal Care
Tujuan utama ANC
adalah menurunkan atau mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan
perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1.
Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan
ibu dan perkembangan bayi yang normal.
2.
Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan
memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3.
Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan
dalam rangka mempersiapkan ibu beserta keluarga secara fisik, emosional, serta
logis untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya komplikasi.
4.
Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup
sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
5.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
6.
Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan mengaplikasikan ASI eksklusif.
C. Prinsip Pokok Antenal Care
Prinsip yang seharusnya
dilakukan oleh bidan selama melakukan asuhan kehamilan adalah sebagai berikut :
1.
Kehamilan dan kelahiran adalah proses yang normal,
alami dan sehat.
Sebagai bidan, kita
meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses
kehamilan dan kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar
wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah
(evidence based practice).
2.
Pemberdayaan
Ibu adalah pelaku
utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu
dan keluarga dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka melalui
pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi
tertentu. Hindarkan sikap negative dan banyak mengkritik.
3.
Otonomi
Pengambilan kepututsan
adalah ibu dan keluarga. Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka
memerlukan informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang
resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun tes/pemeriksaan
sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu
dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu dan bayinya
berdasarkan system nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4.
Tidak membahayakan
Intervensi harus
dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas tes-tes
rutin, obat, atau prosedur lain padakehamilan yang dapat membahayakan ibu
maupun janin. Bidan yang terampil harus mengetahui kapan ia harus melakukan
sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti
ilmiah.
5.
Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang
diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisis, dan pertimbangan yang
matang. Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan
bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu dan janin,
bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien dan
saying ibu, serta berdasarkan bukti ilmiah terkini menjadi tanggung jawab semua
professional bidan.
D. Hak – hak Ibu dalam Antenatal Care
Hak-hak ibu
ketika menerima layanan asuhan kehamilan (Saifuddin, 2002), yaitu :
1.
Mendapatkan
keterangan mengenai kondisi
kesehatannya. Informasi harus diberikan langsung kepada klien (dan
keluarganya).
2.
Mendiskusikan
keprihatinannya, kondisinya, harapannya
terhadap sistem pelayanan, dalam
lingkungan yang dapat ia percaya. Proses
ini berlangsung secara pribadi dan didasari rasa saling percaya.
3.
Mengetahui
sebelumnya jenis prosedur yang akan
dilakukan terhadapnya.
4.
Mendapatkan pelayanan secara pribadi / dihormati
privasinya dalam setiap pelaksanaan prosedur.
5.
Menerima
layanan senyaman mungkin.
6.
Menyatakan
pandangan dan pilihannya mengenai pelayanan yang diterimanya.
E. Standar Antenatal Care
Sebagai
professional, bidan dalam melaksanakan praktiknya harus sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan yang berlaku. Standar mencerminkan norma, pengetahuan, dan
tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standar pelayanan
akan sekaligus melindungi masyarakat karena penialaian terhadap proses dan
hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang terjadi bila pelayanan yang
diberikan tidak memeuhi standar dan terbukti membahayakan. Terdapat enam
standar dalam standar pelayanan asuhan antenatal. Standar tersebut merupakan
bagian dari lingkup pelayanan kebidanan (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Standar 1 Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan
rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong
ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur (Dewi dan
Sunarsih, 2011).
Standar 2 Pemeriksaan dan pemantauan
antenatal
Bidan memberikan
sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis serta
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi,
khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV, memberikan
pelayanan imunisasi, nasihat, dan penyuluhan kesehatan, serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat
pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil
tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya (Dewi dan
Sunarsih, 2011).
Standar 3 Palpasi abdominal
Bidan melakukan
pemerikasaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan
usia kehanmilan bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah janin, dan masukna kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan, serta melakukan rujukan tepat waktu (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Standar 4 Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan
tindakan pencegahan, penemuan, penanganan danatau rujukan semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Standar 5 Pengelolaan dini hipertensi pada
kehamilan
Bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan mengenali tanda dan
gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat, dan merujuknya (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
Standar 6 Persiapan persalinan
Bidan memberikan
saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, dan keluarganya pada trimester ketiga
untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman, serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi
dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Oleh
karena itu, bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah (Dewi dan Sunarsih, 2011).
F. Evidence Based dalam Praktik Kehamilan
Praktik yang berdasarkan
bukti penelitian adalah penggunaan secara sistematis, ilmiah, dan eksplisit
dari bukti terbaik mutakhir dalam membuat keputusan tentang asuhan bagi pasien
secara individual (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Hasil penelitian atau
evidence based yang menjadi dasar standar pelayanan dalam praktik kehamilan
adalah sebagai berikut :
Tabel 1
Kujungan ANC
Kunjungan
|
Waktu
|
Alasan
|
TM I
|
Sebelum
14 minggu
|
·
Mendeteksi masalah yang dapat ditangani
sebelum membahayakan jiwa.
·
Mencegah masalah, misalnya : tetanus
neonatorum, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya.
·
Membangun hubungan salinh percaya.
·
Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan
menghadapi komplikasi.
·
Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan,
olahraga, istirahat, seks, dn sebagainya)
|
TM II
|
14 –
28 minggu
|
·
Sama dengan trimester I ditambah kewaspadaan
khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD,
evaluasi edema, proteinuria.
|
TM III
|
28 –
36 minggu
|
·
Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda
|
Setelah
36 minggu
|
·
Sama, ditambah deteksi kelainan letak atau
kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
|
Pelayanan atau standar asuhan minimal
termasuk “14 T”
Menurut Depkes RI (2002), pelayanan antenatal
dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal “14T” yang
terdiri dari:
1.
Timbang berat badan
2.
Ukur Tekanan
darah
3.
Ukur Tinggi fundus uteri
4.
Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet
selama kehamilan
5.
Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid
6.
Test Hb
7.
Test VDRL
8. Teknik perawatan
payudara
9.
Teknik senam ibu hamil
10. Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan
11. Test urine reduksi atas indikasi
12. Test protein
urine atas indikasi
13. Pemberian
Terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
14. Pemberian
Terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.
Pemberian suplemen mikronutrien.
Tablet yang
mengandung FeS 320 mg
(zat besi 60mg) dan asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet/ hari segera setelah
rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasihati agar
tidak meminumnya bersama teh/kopi agar tidak mengganggu penyerapannya (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Tabel 2.2
Imunisasi
TT 0,5 cc.
Imunisasi
|
Interval
|
Lama Perlindungan
|
Perlindungan
|
TT 1
|
Pada
kunjungan ANC pertama
|
-
|
-
|
TT 2
|
4
minggu setelah TT 1
|
3
tahun
|
80%
|
TT 3
|
6
bulan setelah TT 2
|
5
tahun
|
95%
|
TT 4
|
1
tahun setelah TT 3
|
10 tahun
|
99%
|
TT 5
|
1
tahun setelah TT 4
|
25tahun/seumur
hidup
|
99%
|
G. Mendiagnosis Kehamilan
Tanda dan Gejala Kehamilan
1.
Tanda pasti kehamilan
a.
Gerakan janin yang dapat dilihat/ dirasa/ diraba, juga
bagian – bagian janin.
b.
Denyut jantung janin.
·
Didengar dengan stetoskop monoral Laennec.
·
Dicatat dan didengar alat Doppler.
·
Dicatat dengan feto Elektrikardiogram.
·
Dilihat pada Ultrasonografi (USG).
c.
Terlihat tulang – tulang janin dalam foto rongten.
2.
Tanda – tanda tidak pasti kehamilan
a.
Amenore
Wanita harus mengetahui tanggal
pertama haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran
tanggal persalinan (TP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele
yaitu TP (HPHT + 7) dan (bulan HT + 3).
b.
Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi bulan – bulan
pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Oleh karena sering terjadi
pada pagi hari, maka disebut morning
sickness. Bila mual dan mntah terlalu sering disebut hiperemesis.
c.
Mengidam
Ibu hamil sering meminta
makanan/minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama dan tidak
tahan suatu bau-bauan.
d.
Pingsan
e.
Tidak nafsu makan
f.
Payudara
g.
Miksi
h.
Konstipasi/obstipasi
i.
Pigmentasi kulit (Dewi dan Sunarsih, 2011).
3.
Tanda – tanda kemungkinan hamil
a.
Perut membesar
b.
Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk besar
dan konsistensi dari rahim.
c.
Tanda hegar
Ditemukan pada kehamilan 6-12 minggu,
yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak dari bagian yang lain.
d.
Tanda Chadwick
Adanya perubahan warna pada serviks
dan vagina menjadi kebiru-biruan.
e.
Tanda piscaseck
Yaitu adanya tempat yang kosong pada
rongga uterus karena embrio biasanya terletak disebelah atas, dengan bimanual
akan terasa benjolan yang asimetris.
f.
Kontraksi – kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang
(Braxton Hicks)
g.
Teraba ballottement
h.
Reaksi kehamilan positif (Dewi dan Sunarsih, 2011).
H. Pemeriksaan Ibu Hamil
Pemeriksaan fisik
pada ibu hamil, perlu dilakukan untuk mendeteksi secara dini komplikasi yang
terjadi pada kehamilan agar selanjutnya dapat dilakukan tindakan yang sesuai.
Pemeriksaan pada ibu hamil ini meliputi :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah tindakan untuk mendeteksi
komplikas-komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan
kehamilan dan kelahiran terdahulu, serta kesehatan umum dan kondisi sosial
ekonomi (Dewi dan Sunarsih, 2011). Dalam melakukan anamnesis diperlukan cara
berkkomunikasi yang baik agar dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya pada
klien. Anamnesis pada ibu hamil meliputi :
·
Anamnesis identitas suami dan istri ; nama, umur,
suku, agama, pekerjaan, alamat dan no tlp.
·
Anamnesis umum ;
-
Tentang keluhan-keluhan, pola makan, tidur, miksi,
defekasi, pernikahan dan sebagainya.
-
Tentang haid, kapan mendapat hari pertama haid terakhir
(HPHT). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapt diketahui taksiran
persalinan dengan memakai rumus Naegele yaitu hari +7, bulan -3, dan tahun +1
-
Tentang riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu (Dewi dan Sunarsih, 2011).
2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari
pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi pada kehamilan.
Pemeriksaan fisik selama kunjungan antenatal harus dilakukan secara nyata agar
dapat menurunkan angka kematian ibu dan neonatus (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Pemeriksaan fisik
secara menyeluruh ini meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan lain-lain. Pada
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi. (Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Pada inspeksi
misalnya pada pemerikssaan mata normalnya ditemukan konjuntiva tidak anemis, sklera
tidak iketrik dan pembesaran abdomen. Palpasi dilakukan untuk menentukan tinggi
fundus uteri, tinggi fundus uteri dapat diukur dengan pita ukuran sentimeter
dengan jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simpisis, besar dan
konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak punggung janin, gerakan janin,
kontraksi uterus, braxton hiks, dan his (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Palapasi Leopold dilakukan dengan sistematika
berikut ini
Leopold I
-
Pemeriksaan kearah ibu hamil
-
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang
terdapat dalam fundus.
-
Konsistensi uterus
Leopold II
-
Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
-
Menentukan letak punggung janin
-
Pada letak lintang, tentukan letak kepala janin
Leopold III
-
Menentukan bagian terbawah janin
-
Menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk
ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan.
Leopold IV
-
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil
-
Dapat juga untuk menentukan apa bagian terbawah janin
dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul (Sofian, 2011).
Tabel 3
Tinggi Fundus Uteri
Menurut Spigelberg
Usia Kehamilan
|
Tinggi Fundus Uteri
|
||
22 – 28 minggu
|
24 – 25 cm
|
||
28 minggu
|
26, 7 cm
|
||
30 minggu
|
29, 5 – 30 cm
|
||
32 minggu
|
29, 5 – 30 cm
|
||
34 minggu
|
31 cm
|
||
36 minggu
|
32 cm
|
||
38 minggu
|
33 cm
|
||
40 minggu
|
37, 7 cm
|
Pada auskultasi
digunakan Doppler atau Laennec untuk mendengarkan denyut jantung janin,
ditempelkan di daerah punggung janin.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160.
Takikardi menunjukan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/ stress pada janin
(fetal stress), sementara brakikardi
menunjukan adanya kegagalan kompensasi beban/stress pada janin (fetal distress/gawat janin) (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
Cara
menghitung DJJ :
·
DJJ
dihitung seluruh selama satu menit penuh
·
Dihitung 3x 5 detik secara berurutan,
yaitu pada 5 detik pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan
4 untuk memperoleh frekuensi satu menit (Sofian, 2011).
3. Tes Laboratorium
Tes laboratorium
merupakan hal penting untuk menilai adanya masalah pada ibu hamil. Jika masalah
dapat tertangani, maka akan mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.
Tes laboratorium yang diperlukan adalah sebagai berikut : haemoglobin, protein
urine, glukosa urine, VDRL/RPL, rhesus, golongan darah dan HIV (Dewi dan Sunarsih, 2011).
I.
Tanda Bahaya
Kehamilan
Pada umumnya
80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan yang
disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Bebrapa
tanda bahaya pada kehamilan yaitu:
Perdarahan Per Vaginam.
Perdarahan per
vaginam dalam kehamilan jarang yang normal/fisiologis. Pada masa awal sekali
kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan sedikit/spotting disekitar
waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
dan hal tersebut normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan perdarahan
ringan mungkin pertanda dari serviks yang rapuh. Perdarahan semacam ini mungkin
normal atau mungkin suatu tanda infeksi yang tidak membahayakan nyawa ibu hamil
dan janinnya (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Sakit Kepala yang Hebat.
Sakit kepala yang
hebat dapat terjadi selama kehamilan dan sering kali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang
serius adalah sebagai berikut :
1.
Sakit kepala hebat
2.
Sakit kepala yang menetap
3.
Tidak hilang dengan istirahat
Terkadang dengan sakit kepala yang
hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklamsia. Hal ini desebabkan terjainya edema pada otak dan meningkatnya
resistensi otak yang mempengaruhi system saraf pusat yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan (Dewi dan
Sunarsih, 2011).
Masalah Penglihatan/Pandangan Kabur.
Penglihatan ibu
dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Masalah visual
yang mengindentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual
mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang dan berkunang-kunang (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
Bengkak
pada Muka dan Tangan.
Edema ialah
penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya
dapat diketahui dari kenakan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan,
dan muka. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius apabila ditandai
dengan tanda – tanda berikut ini :
1.
Jika muncul pada muka dan tangan
2.
Bengkak tidak hilang setelah beristirahat
3.
Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti
: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur, dan lain-lain. Hal ini dapat
merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia (Dewi dan Sunarsih,
2011).
Nyeri Perut yang Hebat.
Nyeri
abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak normal.
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan maslah yang mengancam keselamatan jiwa
adalah hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa
berarti apendistis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul,
persalinan preterm, atau infeksi lainnya (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
Gerakan Janin Berkurang.
Gerakan
janin adalah suatu hal yang biasa terjadi pada kehamilan yaitu pada usia
kehamilan 20-24 minggu. Gerakan janin ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu
umur kehamilan, transport glukosa, stimulus pada suara, kebiasaan janin, ibu
yang merokok, dan penggunaan obat-obatan pada ibu hamil. Janin harus bergerak
minimal tiga kali dalam tiga jam. Gerakan janin ini akan lebih terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat, serta jika ibu makan dan minum dengan baik (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
Ibu
hamil perlu waspada pada jumlan gerakan janin, jika terjadi penuruunan gerakan
janin, ibu hamil perlu melaporkan pada petugas kesehatan. Untuk menilai gerakan
janin, dapat dilakukan dengan menggunakn metode perhitungan gerakan janin oleh Cadiff Count to ten dibawah ini :
·
Perhitungan sekali dalam sehari
·
Buat standar perhitungan pada waktu yang sama,
contoh : tiap jam 8 pagi atau pada saat janin biasanya bergerak aktif.
·
Catat beralama yang diperlukan untuk mencapai 10
gerakan.
·
Harus ada minimal 10 gerakan dalam 10 jam.
·
Jika kurang dari 10 gerakan dalam 10 jam atau
jika terjadi peningkatan waktu untuk mencapai 10 gerakan atau tidak ada gerakan
selama 10 jam, maka perlu dilakukan Non Stress Test (NST) (Sofian, 2011).
J.
Ketidaknyamanan
Umum Pada Kehamilan
Kehamilan
merupakn sesuatu proses yang lamiah dari seorang wanita. Namun, selama
kunjungan antenatal mungkin ibu hamil akan mengeluh bahwa ia mengalami
ketidaknyamanan. Sebagian besar dari keluhan ini adalah hal yang norml. Sebagai
seorang bidan, penting untuk dapat membedakan antara ketidaknyamanan normal
dengan tanda bahaya (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Ketidaknyaman
yang terjadi pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1.
Sakit Kepala
Penyebab :
−
Kontraksi, ketegangan otot dan keletihan.
−
Pengaruh hormon, tegangan mata sekunder terhadap
perubahan okuler, kongesti hidung, dinamika cairan saraf yang berubah dan
alkalosis pernafasan ringan.
Cara pencegahan :
·
Memasase leher dan otot bahu
·
Penggunaan bungkusan hanagat atau es ke leher
·
Istirahat
Tanda bahaya :
§
Bila bertambah parah atau terus berlanjut
§
Jika diikuti tekanan darah tinggi dan
proteinuria (preeklamsia).
2.
Rasa mual dan muntah (morning sickness)
Penyebab yang persis tidak diketahui,
kemungkinan disebabkan hal-hal sebagai berikut :
−
Tingkat HCG dan esterogen / progesteron yang
meningkat
−
Relaksasi otot-otot halus
−
Keletihan
Cara pencegahan :
·
Hindari bau atau faktor penyebabnya
·
Makan biskuit kering atau roti bakar sebelum
bangkit dari tempat tidur di pagi hari.
·
Makan sedikit tapi sering
·
Istirahat
Tanda bahaya :
Pertambahan berat badan yang
tidak memadai atau kehilangan berat badan.
§
Tanda-tanda kurang gizi
§
Hiperemesis gravidarum
§
Perubahan dalam status gizi, dehidrasi, ketosis
dan asetonuria.
3.
Frekuensi kemih meningkat
−
Tekanan uterus atas kandungan kemih
−
Nokturia akibat sodium yang meningkat dengan
kehilangan air yang wajib dan bersamaan.
Cara mencegah :
·
Menjelaskan mengenai penyebabnya
·
Kosongkan kandung kemih saat terasa dorongan
untuk berkemih
·
Perbanyak minum pada siang hari
·
Kurangi minum mendekati waktu tidur pada malam
hari untuk mencegah nokturia.
4. Nyeri
Pinggang
Nyeri punggung sebagian besar karena perubahan sikap
badan, karena letak berat badan pindah ke depan yang disebabkan perut yang
semakin membesar. Cara mengatasinya yaitu hindari menggunakan sepatu yang berhak tinggi, hangatkan dan
gosok daerah pinggang dan istirahat.
5. Sulit Tidur
Penyebab sulit Tidur pada Trimester tiga bukan perubahan
hormonal,melainkan perubahan fisik tepatnya bobot tubuh ibu yang bertambah
sekitar 10 kg atau lebih.cara mengatasinya dengan teknik relaksasi yaitu mandi
air hangat,minum-minuman hangat sebelum tidur.
6. Kaki Bengkak
Hal ini timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan vena pada ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan uterus
yang membesar pada vena-vena panggul pada saat wanita tersebut duduk atau
berdiri dan pada vena cava inferior pada saat berada pada posisi
terlentang.edema akibat kaki menggantung secara umum terlihat pada area
pergelangan ketat,elevasi kaki secara teratur setiap hari,posisi tidur miring
kiri,penggunaan penyokong atau korset maternal pada abdomen yang dapat
melonggarkan tekanan pada vena panggul.
7. Kram dan Kesemutan
Penyebab kram kaki diperkirakan oleh gangguaan asupan
kalsium yang tidak adekuat atau ketidakseimbangan rasio kalsium dan fosfor
dalam tubuh.salah satu dunggan lainnya akibat uterus yang membesar yang member
tekanan balik pada pembuluh darah panggul,sehingga mengganggu sirkulasi.cara
mengatasi masalah tersebut adalah dengan meluruskan kaki yang kram dan menekan
tumitnya (dorsofleksi),menganjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor,dan
menggunakan penghangat otot.
K. Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
Trimester I
Segera setelah konsepsi, kadar hormone
progesterone dan estrogen dalam kehamilan akan meningkat. Hal ini akan
menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan
membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Pada trimester pertama, seorang ibu akan
selalu mencari tanda-tanda untuk lebih menyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Hasrat untuk melakukan hubungan seksual pada wanita trimester pertama ini berbeda. Walaupun beberapa wanita
mengalami gairah seksual yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami
penurunan libido selama periode ini (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Trimester
II
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu
merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang lebih tinggi
dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu
besar sehingga belum dirasakan sebagai beaban. Pada trimester ini ibu mulai
merasakan gerakan bayinya sendiri (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Trimester
III
Trimester ketiga sering kali disebut periode
menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Seringkali ibu merasa khawatir dan takut apabila
bayi yang dilahirkannya tidak normal (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Pada trimester inilah
ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan (Dewi
dan Sunarsih, 2011).
L. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester I, II dan III
Aktivitas Fisik
Dapat seperti biasa, istirahat minilamal 15 menit setiap 2
jam. Jika duduk atau berbaring dianjurkan kaki agak ditinggikan. Jika tingkat
aktivitas berat, dianjurkan untuk dikurangi. Istirahat harus cukup. Jika ada
gangguan atau keluhan yang dapat membahayakan, misalnya perdarahan per vaginam,
maka aktivitas fisik harus dihentikan .
Mobilisasi
Pada ibu hamil tidak dianjurkan untuk terlalu lama duduk
(imobilisasi) karena akan membuat vena statis (vena stagnasi) sehingga
menyebabkan kaki bengkak. Prosesnya adalah darah yang terkumpul di kaki
akhirnya membeku di pembuluh darah vena sehingga mengakibatkan bengkak.
Senggama atau Koitus
Hubungan seksual dapat dilakukan seperti biasa kecuali jika
terjadi perdarahan atau keluar cairan dari kemaluan, maka harus dihentikan.
Jika ada riwayat abortus sebelumnya, koitus ditunda sampai usia kehamilan di
atas 16 minggu, dimana diharapkan plasenta sudah terbentuk, dengan implantasi
dan fungsi yang baik.
Peningkatan Berat
badan Selama Hamil
Tabel 4
Rekomendasi Kenaikan Total Berat Badan Ibu Hamil
Berdasarkan Berat Badan Ibu Sebelum Hamil
Berat Badan Sebelum Hamil (BB / TB)
|
BMI
|
Kenaikan yang dianjurkan
|
Berat badan kurang (under weigh)
|
<19,8
|
12,5 – 18
|
Berat badan normal (normal weight)
|
19, 8 – 26, 0
|
11, 5 – 16
|
Berat badan berlebih (over weight)
|
26,0 – 29, 0
|
7 – 11, 5
|
Obesitas
|
>29,0
|
<6,8
|
2. 1. 3. 2
Intranatal /
Persalinan
A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin dan plasenta, dengan usia kehamilan
cukup bulan dan dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan lain (Sofian, 2011; Kuswanti dan Melina, 2014).
B. Sebab – Sebab Mulainya Persalinan
Sebab – sebab mulainya persalinan
belum diketahui dengan jelas, teori – teori yang ada saat ini antara lain
faktor – faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada saraf dan nutrisi ( Sofian, 2011 ).
a.
Teori penurunan hormon
Satu sampai dua minggu sebelum
persalinan terjadi penurunan kadar esterogen dan progesteron, progesteron
berfungsi merelaksasi otot – otot rahim, sedangkan esterogen meningkatkan
kerentanan otot – otot rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara
kadar esterogen dan progesteron, tetapi pada akhir kehamilan terjadi penurunan
kadar progesteron sehingga timbullah his (Sofian, 2011; Kuswanti dan Melina,
2014).
b.
Teori plasenta menjadi tua
Akibat penuaan plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar esterogen dan progesteron yang mengakibatkan
ketegangan pada pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
(Sofian, 2011; Kuswanti dan Melina, 2014).
c.
Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang
akan menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga menganggu sirkulasi
uteroplasenta dan timbullah kontraksi untuk mengeluarkan isinya (Sofian, 2011;
Kuswanti dan Melina, 2014).
d.
Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion
servikalis (pleksus Frakenhauser), bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin
maka akan timbul kontraksi uterus (Sofian, 2011; Kuswanti dan Melina, 2014).
e.
Induksi Persalinan
Persalinann dapat pula ditimbulkan
dengan :
·
Gagang laminaria, yaitu beberapa laminaria
dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
·
Amniotomi, yaitu pemecahan ketuban
·
Tetesan oksitosin, yaitu pemberian oksitosin
melalui tetesan infus.
C. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan utama asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang
terintregasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
diinginkan (optimal). (APN, 2008). Adapun tujuan khususnya antara lain :
1.
Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional
kepada ibu dan keluarga selama persalinan dan kelahiran.
2.
Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah,
menangani komplikasi – komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini
selama persalinan dan kelahiran.
3.
Melakukan rujukan pada kasus – kasus yang tidak bias
ditangani sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.
4.
Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan
intervensi minimal tahap persalinannya.
5.
Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan
pencegahan infeksi yang aman.
6.
Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah
lahir.
7.
Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.
D. Tanda – Tanda Persalinan
Sebelumnya terjadi persalinan, pada
beberapa minggu akhir di kehamilan, biasanya pada wanita akan mengalami
beberapa tanda – tanda sebagai berikut:
1.
Kepala turun memasuki pintu atas panggul.
2.
Perut terlihat lebih melebar, dan fundus uteri turun.
3.
Perasaan sering atau susah buang air kecil yang
dikarenakan kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4.
Perasaan sakit pada perut dan pinggang karena adanya
kontraksi – kontraksi lemah dari uterus, biasanya ini disebut juga dengan false
labor pains.
Serviks menjadi lembek, kemudian
mulai mendatar dan sekresinyapun bertambah dengan bercampur darah (bloody
show) (Kuswanti dan Melina, 2014). Menurut Prawirohardjo (2010),
pengeluaran lendir darah berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai
membuka dan mendatar dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar
kanalis servikalis pecah akibat pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Sedangkan tanda – tanda dari
persalinan itu sendiri adalah:
a)
His semakin kuat, sering dan teratur.
b)
Keluar lendir bercampur darah yang semakin banyak
karena adanya robekan – robekan kecil pada serviks.
c)
Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d)
Pada pemeriksaan dalam didapati serviks mendatar dan
adanya pembukaan ( Kuswanti dan Melina, 2014).
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Persalinan
Terdapat tiga faktor utama yang
menentukan prognosis persallinan, dan ketiga faktor ini harus diperhatikan pada
setiap persalinan. Faktor – faktor tersebut adalah jalan lahir (passage), janin dan plasenta (passanger), kekuatan (power) dan ada dua faktor lain yang tak
kalah pentingnya terhadap keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor
psikologis dan penolong (Sumarah, Widyastuti, dan Wiyati, 2008).
1. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas bagian keras
tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan bagian lunak (otot-otot,
jaringan-jaringan, dan ligamen-ligamen) (Sofian, 2011).
Bagian keras panggul
Bagian keras panggul ini dibentuk
oleh empat buah tulang yaitu :
a.
2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari tulang usus (os ilium), tulang duduk (os ichium) dan tulang kemaluan (os pubis).
b.
1 tulang kelangkang (os sacrum).
c.
1 tulang tungging (os
cocygis) (Sumarah, Widyastuti, dan Wiyati: 2008).
Pintu Panggul
1) Pintu atas panggul (inlet) dibatasi oleh linea inomminata (linea terminalis).
2) Pintu tengah panggul (midlet) dibatasi oleh spina ischiadica.
3) Pintu bawah panggul (outlet) dibatasi oleh symphisis dan
arkus pubis.
4)
Ruang
panggul yang sebenarnya (kavitas pelvis – pelvic
cavity) berada antara inlet dan outlet (Sofian, 2011).
Bagian lunak panggul
Jalan lahir lunak yang berperan pada
persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks uteri, dan vagina. Disamping itu,
otot – otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat – alat urogenital
juga sangat berperan pada persalinan (Sofian, 2011).
Dasar panggul (pelvic floor) terdiri dari :
a.
Diafragma pelvis, terdiri dari musculus levator ani,
musculus pubo coccygeus, musculus illio coccygeus, dan musculus ischio
coccygeus.
b.
Diafragma urogenital, terdiri dari fascia perinea dan otot
– otot superficial.
2. Passanger (Janin dan Plasenta)
Passanger
atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat dari interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka dianggap juga
sebagai bagian dari passanger yang
menyertai janin (Sumarah, Widyastuti, dan Wiyati, 2008).
3. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janindalam
persalinan adalah his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan
aksi ligamen.
a.
His
(kontraksi uterus)
Merupakan kontraksi dan relaksasi
otot uterus yang begerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secaara
tidak sadar. (Asuhan Kebidanan II,
2009)
b.
Kekuatan
mengedan Ibu
Tenaga mengejan hanya dapat berhasil, kala I pembukaan sudah lengkap dan
paling efektif sewaktu kontraksi rahim/ uterus. Disamping itu,
kekuatan-kekuatan tahanan mungkin ditimbulkan oleh otot-otot dasar panggul dan
aksi ligament. (Asuhan Kebidanan II, 2009)
F. Penurunan Kepala Janin
Kepala janin mulai
memasuki pintu atas panggul pada primigravida saat usia kehamilan 36 minggu.
Apabila pada usia kehamilan 36 minggu kepala janin belum masuk pintu atas
panggul, hal ini perlu dicurigai adanya panggul sempit, janin besar ≥ 4000
gram, tidak proporsionalnya antara kepala janin dengan panggul ibu dan adanya
lilitan tali pusat. Sedangkan pada multigravida kepala janin masuk pintu atas
panggul pada saat dimulainya inpartu atau jauh sebelumnya (Manuaba, 2007).
Table 5
Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan
Periksa Luar
|
Periksa Dalam
|
Keterangan
|
5/5
|
Kepala diatas PAP,
mudah digerakkan
|
|
4/5
|
H I-II
|
Sulit digerakkan,
bagian terbesar kepala belum masuk panggul
|
3/5
|
H II-III
|
Bagian terbesar
kepala belum masuk panggul
|
2/5
|
H III +
|
Bagian terbesar
kepala sudah masuk panggul
|
1/5
|
H III-IV
|
Kepala di dasar
panggul
|
0/5
|
H IV
|
Di perineum
|
G. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi empat
tahap. Pada kala I serviks membuka 0 sampai 10cm, kala II disebut juga dengan
kala pengeluaran, kala III atau disebut juga dengan kala uri, dan kala IV
dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam (Sumarah, Widyastuti, dan Wiyati,
2008).
Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya
lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis servikalis akibat pergeseran ketika
serviks mendatar dan membuka (Sofian, 2011).
Kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
1.
Fase laten, berlansung selama 7-8 jam. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2.
Fase aktif, berlangsung selama 6 jam, dan dibagi
menjadi 3 subfase, yaitu :
a)
Fase akselerasi
Berlangsung 2 jam dari pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
b)
Fase dilatasi maksimal
Pembukaan berlangsung cepat dari
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam.
c)
Fase deselerasi
Berlangsung lambat dari pembukaan 9
cm menjadi 10 cm selama 2 jam.
Pada primigravida kala I berlangsung
kira-kira 13-14 jam dan pada multigravida kira-kira berlangsung selama 7-8 jam
(Sofian, 2011).
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada
kala ini dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala II his
menjadi lebih kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Pada
primigravida kala II berlangsung selama 1,5 jam dan pada multigravida
berlangsung sela
No comments:
Post a Comment