Tuesday 28 May 2013

IMUNISASI






A.    Pelayanan Pemberian Imunisasi
Menurut Kepmenkes No. 1611/MENKES/SK/XI/2005 Bentuk – bentuk penyelenggaraan
imunisasi sebagai berikut :
1.      Imunisasi Rutin
2.      Imunisasi Tambahan

3.      Imunisasi dalam penanggulangan KLB (kejadian Luar Biasa)
4.      Kegiatan imunisasi tertentu terhadap PD3I dalam situasi khusus
Tujuan Pelayanan Imunisasi adalah sebagai pedoman kerja petugas imunisasi dalam memberikan imunisasi pada bayi. Petugas imunisasi dalam mempersiapkan alat/sarana, vaksin serta kesiapan petugas dalampemberian imunisasi kepada bayi.
Uraian Umum
·         Persiapan alat      : spuit lengkap,alat sterilisator,kapas air hangat.
·         Persiapan vaksin : vaksin yang sesuai dengan takaran dimasukkan dalam termos es (vaksin carier)
·         Persiapan sasaran :pemberitahuan kepada orang tua bayi (sasaran) tempat penyuntikan dan efek sampingnya
·         Pemberian imunisasi : pengambilan vaksin sesuai dengan dosisnya desinfeksi pada tempat yang disuntik.pemberian imunisasi sesuai dengan jenis vaksin
·         Pemberian obat antipiretik untuk imunisasi DPT dan jelaskan cara pemakainnya seta dosis obatnya
·         Memberikan informasi pada orang tua bayi tentang jadwal imunisasi berikutnya
·         Pencatatan/pelaporan : Imunisasi yang diberikan dicatat dalam buku catatan imunisasi dan di buku KIA/KMS






Langkah –langkah kegiatan
·         Petugas imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran imunisasi yang telah membawa buku KIA/KMS diruang imunisasi setelah mendaftar di loket pendaftaran.
·         Petugas memeriksa status imunisasi dalam buku KIA/KMS  dan menentukan jenis imunisasi yang diberikan.
·         Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya(keadaan bayi yang memungkinkan untuk imunisasi atau bila tidak akan dirujuk keruang pengobatan).
·         Menyiapakan alat(menyeterilkan alat suntik dan kapas air hangat).
·         Petugas menyiapkan vaksin(vaksin dimasukkan dalam termos es).
·         Petugas menyiapkan sasaran(memberitahu kepada orant tua bayi tentang tempat penyuntikan).
·         Petugas memberikan imunisasi (memasukkan vaksin kedalam alat suntik,desinfeksi tempat suntikan dengan kapas air hangat ,memberikan suntikan vaksin,meneteskan vaksin sesuai jadwal imunisasi yang diberikan).
·         Petugas melakukan KIE efek samping pasca imunisasi kepada orang tua bayi.
·         Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT dijelaskan cara dan dosis pemberian.
·         Petugas memberitahu kepada orang tua bayi mengenai jadwal imunisasi berikutnya.
·         Petugas mencatat semua hasil imunisasi ke dalam buku KIA/KMS  dan buku cacatan imunisasi serta rekapitulasi setiap akhir bulannya.






B.     Sejarah Imunisasi di Indonesia
Sejarah Imunisasi di Indonesia telah dimulai sejak abad ke-19 yang dilaksanakan untuk pemberantasan penyakit cacar. Program Imunisasi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan telah mencapai banyak keberhasilan selama empat dekade terakhir.
Imunisasi berasal dari kata imun yang berasal dari bahasa latin, immunitas yang berarti pembebasan atau kekebalan. Imunisasi adalah salah satu upaya tindakan medis yang paling efektif dan efisien. Imunisasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran oleh Katz (1999) dikatakan imunisasi adalah sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini.
Sejarah Imunisasi di Indonesia

Tahun 1956
Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar
Tahun 1956
Indonesia berhasil dinyatakan bebas penyakit cacar oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia)
Tahun 1956
Penyelenggaraan program imunisasi BCG
Tahun 1973
Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar
Tahun 1974
Program imunisasi vaksin TT kepada ibu hamil
Tahun 1976
Mulai dikembangkan imunisasi DPT pada beberapa kecamatan di pulau Bangka
Tahun 1977
Penetapan fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
Tahun 1980
Program imunisasi secara rutin terus dikembangkan dengan memberikan beberapa antigen, yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.
Tahun 1992
Program imunisasi Hepatitis B mulai diperkenalkan kepada beberapa kabupaten di beberapa propinsi
Tahun 1995
Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) I
Tahun 1996
Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) II
Tahun 1997
Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) III

Pada tahun 1974, cakupan imunisasi di Indonesia baru mencapai 5% sehingga pemerintah pada tahun 1977 menyelenggarakan PPI atau Expanded Program on Immunization(EPI).  Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional dalam rangka percepatan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada akhir tahun 1982.
Cakupan imunisasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga setiap tahun minimal 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Keberhasilan pemerintah dalam mecapai UCI secara nasional dapat dicapai pada tahun 1990 dengan cakupan imunisasi mencapai 90%.
Program imunisasi melalui PPI ini memiliki tujuan akhir (ultimate goal) sesuai dengan komitmen internasional melalui Global Programme for Vaccines and Immunization(GPVI), yaitu :
·      Eradikasi Polio (ERAPO)
·      Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination/MNTE)
·      Reduksi Campak (RECAM)
·      Peningkatan mutu pelayanan imunisasi
·      Penetapan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices)
·      Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management)

Vaksin menerobos dunia modern pertama kali pada tahun 1796, ketika Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris, meneliti seorang pekerja harian yang terkena penyakit cacar, dengan diimunisasi dengan cacar sapi ringan. Dia mengambil beberapa cairan dari luka penderita cacar sapi dan menggoreskan di permukaan lengan anak berusia 8 tahun.
Selanjutnya tahun 1886 Salmon dan Smith di Amerika Serikat telah memperkenalkan macam vaksin inaktif dengan menggunakan bakteri vibrio cholera yang dimatikan dengan pemanasan.
Terobosan baru lainnya datang pada akhir abad 19, ketika Louis Pasteur seorang ahli kimia dari Perancis, mengembangkan tehnik kimia untuk mengisolasi virus dan melemahkannya, yang efeknya dapat dipakai sebagai vaksin.
Pada perubahan jaman, peneliti lainnya telah mengembangkan vaksin yang tidak aktif untuk melawan Tipus, wabah Rabies dan Kolera. Pada pertengahan tahun 1920, vaksin telah dikembangkan untuk melawan Dipteri (penyakit yang sering menyebabakan kematian pada anak-anak) dan Pertusis.
Dua tim ahli dipimpin oleh Jonas Salk and Albert Sabin mengembangkan vaksin Polio. Vaksin untuk mencegah Polio, Pada tahun 1961, Sabin telah mengembangkan vaksin oral yang bekerja secara aktif (hidup) berupa virus yang telah dilemahkan, untuk menggantikan imunisasi dengan suntik jenis Salk di Amerika Serikat. Pada tahun 1960, vaksin digunakan secara rutin dan tidak menyebabkan kontroversi pada masyarakat dan paramedis, dan vaksin virus aktif (hidup) telah dikembangkan untuk Campak (1963), Rubella/ campak Jerman (1966) dan penyakit Gondong (1968).
Pemerintah Amerika Serikat menarik vaksin DPT dari pasaran pada tahun 1996 dan merekomendasikan dokter menutup vaksin jenis DTP. Hanya 6-7 persen dari vaksin pertusis di Amerika Serikat masih mengandung DPT. Tetapi itu telah digunakan secara luas di masyarakat dunia ketiga (negara berkembang). Sejak tahun 1994, program vaksinasi telah dijalankan dalam pemerintahan untuk anak-anak miskin secara cuma-cuma.

C.    Teknik Penyimpanan Vaksin

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah 2 ºC s/d 8 ºC.

1.   Penyimpanan Vaksin
·   Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT, dan lain-lain. Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
·   Pemantauan Suhu secara berkala
·   Pengaturan Stok (Inventory Control)
·   Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire Date, dan VVM System
·   Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery Record
·   Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan Kapasitas gudang penerima.

2.   Mencegah Pembekuan Vaksin
a.    Lemari Es dengan Buka Atas
·   Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B, DTP-HB jauh dari evaporator.
·   Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
·   Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yangpeka pembekuan.
b.   Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)
·   Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B,DTP-HB) jauh dari evaporator.
·   Jangan letakkan vaksin di pintu.
·   Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
·   Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka pembekuan.
·   Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari es.

3.   Hal – hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penanganan Vaksin
·      Vaksin tidak boleh dikeluarkan dari refrigerator/freezer kecuali untuk pemakaian atau pengiriman.
·      Pintu refrigerator jangan terlalu sering dibuka (WHO menganjurkan maksimum 4 x sehari).
·      Vaksin harus disimpan di refrigerator /freezer segera setelah diterima.
·      Setiap personil/staf yang bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin harus mengetahui cara penyimpanan yang benar.
·      Refrigerator/freezer hanya dipergunakan untuk penyimpanan vaksin saja.
·      Proses defrost harus dilakukan jika terjadi penumpukan es lebih dari 1 cm, dan selama proses pendefrosan vaksin harus disimpan pada vaccine carrier box dan dimonitor suhunya.
·      Harus ditunjuk seorang personil dan cadangan untuk bertanggung jawab terhadap penanganan vaksin.
·      Setiap penyimpanan vaksin harus mempunyai alat pengukur suhu yang disertifikasi dan dikalibrasi.
·      Seluruh pengukur suhu tersebut harus tersambung pada sistem alarm.
·      Suhu harus dicatat 3x sehari untuk memastikan suhu yang sesuai dengan persyaratan dan setiap personil yang menangani vaksin harus mengetahui batas rendah & tinggi suhu yang diisyaratkan.
·      Setiap personil tersebut harus mendapatkan training tentang pentingnya penanganan & transportasi vaksin yang baik.
·      Penyimpanan vaksin harus memungkinkan aliran sirkulasi udara yang baik untuk setiap produk
·      Diluent harus disimpan pada suhu kamar.
·      Seluruh vaksin jerap harus disimpan di tempat yang terhindar dari suhu beku dan kontak langsung dengan es.

D.    Kegunaan Imunisasi Secara Global
Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang bisa disuntikkan ataupun diteteskan pada mulut bayi. Vaksin ini berfungsi untuk menghasilkan antibodi atau zat yang berguna untuk daya tahan tubuh. Vaksin ini bisa membuat dan menjaga perkembangan bayi supaya tetap sehat.
Kegunaan Imunisasi yaitu :
1.   untuk mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada bayi dan selama masa perkembangan bayi hingga dewasa.
2.   dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga bisa melawan virus atau bakteri penyebab suatu penyakit. 
3.   membantu mencegah penularan penyakit terutama ke saudara kandung dan teman-teman di sekitarnya.
4.   dapat mencegah terjadinya cacat dan kematian yang bisa terjadi karena suatu penyakit tertentu.
Manfaat imunisasi memang tidak menjamin 100% dimana bayi masih punya peluang untuk bisa terkena penyakit tersebut. Namun dari hasil penelitian, kemungkinannya sangatlah kecil yakni hanya sekitar 5 hingga 15 persen saja. Manfaat imunisasi akan sangat dirasakan hasilnya terutama ketika ada wabah penyakit. Anak yang telah diimunisasi jarang sekali ada yang tertular. Tetapi anak yang tidak diimunisasi bisa mengalami penyakit, cacat atau kematian.



Daftar Pustaka

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Pillitteri, Adele. 2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment

Author

authornot writer, not jenius, just share and girl 23 year old.
Learn More →